Sabtu, 14 Januari 2012

Shalahuddin Al Ayyubi (Orang Barat Menyebutnya Saladin)

Dia dikenal sebagai raja, panglima perang yang jago strategi, pemimpin umat, dan sekaligus sosok yang santun dan penuh toleransi. Banyak manuskrip yang mencatat “Saladin Sang Raja Mesir” (Saladin, King of Egypt) sebagai simbol kekuasaan Eropa. Namanya tidak bisa dilepaskan dari Sejarah Perang Salib yang membawa kejayaan Islam, namun tanpa menindas kaum Kristiani.

Sultan Shalahudin lahir dengan nama Salahidun Yusuf Ibn Ayyub di Tikrit, dekat Sungai Tigris dari sebuah keluarga Kurdi. Ia dikirim ke Damaskus, Suriah, untuk menimba ilmu. Selama sepuluh tahun ia berguru pada Nur ad-Din (Nureddin). Setelah berguru ilmu militer pada pamannya, seorang negarawan Seljuk dan pimpinan pasukan Shirkuh, ia dikirim ke Mesir untuk menghadang perlawanan Kalifah Fatimiyah tahun 1160. Ia sukses dengan misinya yang membuat pamannya duduk sebagai wakil di Mesir pada tahun yang sama. Saladin memperbaiki perekonomian Mesir, mengorganisasi ulang kekuatan militernya, dan mengikuti anjuran ayahnya untuk tidak memasuki area konflik dengan Nur ad Din. Sepeninggal Nur ad Din, barulah ia mulai serius memerangi kelompok Muslim sempalan dan pembrontak Kristen. Dia bergelar Sultan di Mesir dan menjadi pendiri Dinasti Ayyubi serta mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir.

Terlibat dalam Perang Salib

Dalam dua kesempatan, tahun 1171 dan 1173, Shalahudin diinvasi Kerajaan Kristen Jerusalem. Nur ad Din saat ini berniat membalas serangan. Namun Shalahudin berpendapat bahwa mereka harus kuat terlebih dulu. Sepeninggal Nur ad Din, Shalahudin menjadi penguasa Damaskus. Ia menikahi janda Nur ad Din dan menaklukkan dua kota penting Aleppo dan Mosul yang dulu selalu gagal ditaklukkan Nuraddin. Namun ia menjadi penguasa yang bersahaja. Sedapatnya, ia selalu menghindari pertumpahan darah, apalagi darah warga sipil. Saat menaklukkan Aleppo, 22 Mei 1176, nyawanya nyaris melayang karena usaha pembunuhan. Ia melakukan konsolidasi di Suriah sambil sebisa mungkin menjaga agar jangan sampai tumpah perang dengan pasukan salib sebesar apapun provokasi dari pasukan salib. Misalnya, ia masih belum bereaksi saat Raynald dari Chatillon mengusik aktivitas perdagangan dan perjalanan ibadah haji di Laut Merah, wilayah yang menurut Saladin harus selalu menjadi wilayah bebas. Puncaknya adalah saat penyerangan terhadap rombongan karavan jamaah haji tahun 1185. Shalahudin marah besar.

Juli 1187, Shalahudin menyerang Kerajaan Jerusalem dan terlibat dalam pertempuran Hittin (dinamakan pertempuran Hittin karena terjadi di bukit Hittin). Ia berhasil mengeksekusi Raynald dan mengampuni rajanya, Guy of Lusignan. Dia kembali ke Yerusalem 2 Oktober 1187, 88 tahun setelah kaum Salib berkuasa. Berbagai medan pertempuran dilaluinya, dengan satu pesan yang sama kepada pasukannya; minimalkan pertumpahan darah, jangan melukai wanita dan anak-anak. Perang Salib III menelan biaya yang tak sedikit dari kubu Kristen. Inggris mengucurkan dana bantuan yang dikenal dengan istilah ‘Saladin Tithe’ (Zakat melawan Saladin). Dalam satu pertempuran, ia berhadap-hadapan dengan King Richard I dari Inggris di medan perang Arsuf tahun 1191. Di luar perkiraan kedua pasukan, Saladin dan King Richard I saling berjabat tangan dan menghormat satu sama lain. Bahkan saat tahu pimpinan pasukan musuhnya itu sakit, Saladin menawarkan bantuan seorang dokter terbaik yang dimiliki Damaskus. Begitu juga saat tahu Richard kehilangan kuda tunggangannya, ia memberikan dua ekor sebagai gantinya. Di medan itu, keduanya sepakat berdamai. Bahkan adik Richard dinikahkan dengan saudara Shalahudin.

Tak lama setelah kepergian Richard, Shalahudin wafat pada tahun 1193 di Damaskus. Saat kotak penyimpanan harta Saladin dibuka, ahli warisnya tidak menemukan cukup uang untuk membiayai pemakamanannya: ia selalu mendermakan hartanya kepada kaum yang membutuhkan. Kini makamnya menjadi salah satu tempat tujuan wisata utama di Suriah. Nama Shalahudin harum di seantero dunia hingga kini. Bukan hanya kalangan Muslim, kalangan non-Muslim juga sangat menghormatinya. Satu yang dicatat dalam buku-buku sejarah: ketika pasukan Salib menyembelih semua Muslimin yang ditemui saat mereka sampai di Akko, Yerusalem, Shalahudin memberikan amnesti dan kebebasan bagi kaum Nasrani dan Yahudi begitu ia menaklukkan Jerusalem.


Sultan Shalahudin

1138: Lahir di Tikrit, Irak, sebagai putra dari pimpinan kaum Kurdi, Ayyub.

1152: Mulai bekerja sebagai pelayan pimpinan Suriah, Nureddin.

1164: Mulai menunjukkan kepiawaiannya dalam bidang strategi militer dan dalam perang melawan pasukan Salib di Palestina.

1169: Shalahudin menjadi orang kedua dalam kepemimpinan militer Suriah setelah pamannya, Shirkuh. Shirkuh menjadi wakil di Mesir namun meninggal 2 bulan kemudian. Ia menggantikannya. Namun karena kurang ada respons dan dukungan dari penguasa, ia kembali ke Kairo yang menjadi pusat kekuatan Dinasti Ayyub.

1171: Shalahudin menekan penguasa Fattimiyah dan menjadi pemimpin Mesir dengan dukungan kekhalifahan Abbasiah. Namun tidak seperti Nureddin yang ingin sesegera menggempur pasukan Kristen, ia cenderung lebih menahan diri. Inilah yang membuat hubungan antar keduanya meregang.

1174: Nureddin meninggal. Shalahudin mulai menyusun kekuatan.

1175: Pemimpin Hassasin (Assasin) Suriah, Rashideddin, dan orang-orangnya melakukan dua percobaan pembunuhan terhadap Shalahudin. Pada kali kedua, Hassasin berada sangat dekat dengan Shalahudin, menyebabkan luka di badannya.

1176:
 Shalahudin mengepung benteng Masyaf, tempat Rashideddin. Setelah beberapa minggu, Shalahudin tiba-tiba mundur, dan meninggalkan pembunuh itu dengan damai selama sisa hidupnya. Hal ini diyakini disebabkan bahwa keluarga Shalahudin diancam akan dibunuhi seumur hidupnya jika ia tetap memutuskan menyerang.

1183: Penaklukan kota di utara Suriah, Aleppo.

1186: Penaklukan Mosul di utara Irak.

1187: Dengan kekuatan baru, menyerang Kerajaan Latin Jerusalem dengan pertempuran sengit selama 3 bulan.

1189: Perang Salib III meluas di Palestina setelah Yerusalem di bawah kontrol Saladin. (Lihat Film Versi Hollywood : Kingdom of Heaven)

1192: Menandatangani perjanjian dengan King Richard I dari Inggris yang membagi wilayah pesisir untuk Kaum Kristen dan Jerusalem untuk Kaum Muslim.

4 Maret 1193: Meninggal di Damaskus tidak lama setelah jatuh sakit.

Sumber : http://saladinmania.wordpress.com/ dan perbaikan seperlunya

0 komentar:

Posting Komentar